A. MASALAH SOSIAL, BATASAN DAN
PENGERTIAN
Masalah sosial adalah
suatu ketidak
sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi
bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Memang di dunia ini tidak ada satu mahluk pun yang sempurna dari segala sisi kehidupannya.
Di negara-negara miskin dan yang sedang membangun, pasangan yang baru saja menikah, biasanya langsung terjun dalam proyek mempunyai anak, karena memang itulah tujuan pernikahan bagi mereka, membentuk sebuah keluarga.
Di sisi lain, banyak anak-anak perempuan umur belasan tahun yang hamil akibat dari kelengahan mereka yang tidak menggunakan proteksi ketika berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Di mana pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak siap dengan kedatangan bayi tersebut.
Mereka akhirnya berakhir di klinik-klinik aborsi yang banyak direkomendasikan dari mulut ke mulut. Dan yang lebih parah lagi, ada juga yang tega meninggalkan bayi-bayi itu di tempat sampah, di jalanan. Sebagian bayi-bayi buangan beruntung ditemukan orang dan segera diselamatkan. Sebagian lain meninggal karena dehidrasi, kedinginan dan timbulnya komplikasi-komplikasi lainnya yang tak dapat dihindari ketika bayi itu ditinggal sendirian di jalanan.
Di sisi yang lain, di negara-negara maju, banyak pasangan yang setelah hidup bersama atau menikah, lebih memilih untuk menunggu dulu sampai akhirnya mereka merasa siap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Walaupun sebagian besar tidak mempunyai anak karena alasan ekonomi dan atau prinsip-prinsip yang mereka pegang
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
Memang di dunia ini tidak ada satu mahluk pun yang sempurna dari segala sisi kehidupannya.
Di negara-negara miskin dan yang sedang membangun, pasangan yang baru saja menikah, biasanya langsung terjun dalam proyek mempunyai anak, karena memang itulah tujuan pernikahan bagi mereka, membentuk sebuah keluarga.
Di sisi lain, banyak anak-anak perempuan umur belasan tahun yang hamil akibat dari kelengahan mereka yang tidak menggunakan proteksi ketika berhubungan intim dengan lawan jenisnya. Di mana pada kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak siap dengan kedatangan bayi tersebut.
Mereka akhirnya berakhir di klinik-klinik aborsi yang banyak direkomendasikan dari mulut ke mulut. Dan yang lebih parah lagi, ada juga yang tega meninggalkan bayi-bayi itu di tempat sampah, di jalanan. Sebagian bayi-bayi buangan beruntung ditemukan orang dan segera diselamatkan. Sebagian lain meninggal karena dehidrasi, kedinginan dan timbulnya komplikasi-komplikasi lainnya yang tak dapat dihindari ketika bayi itu ditinggal sendirian di jalanan.
Di sisi yang lain, di negara-negara maju, banyak pasangan yang setelah hidup bersama atau menikah, lebih memilih untuk menunggu dulu sampai akhirnya mereka merasa siap menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Walaupun sebagian besar tidak mempunyai anak karena alasan ekonomi dan atau prinsip-prinsip yang mereka pegang
Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan
(variabel apa saja yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu
dengan yang lain), dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka
masalah yang akan diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Perumusan
masalah merupakan pemetaan faktor-faktor dan variabel-variabel yang terkait.
Kualitas suatu penelitian tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan
kriteria-kriteria sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian
juga ditentukan oleh bagaimana masalah penelitian tersebut dirumuskan. Untuk
dapat menyajikan perumusan masalah penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa
persyaratan sebagai berikut:
Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik.
Dengan perumusan yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang gambaran yang lebih menfokus mengenai arah pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu mengidentifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan, pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks wawasan yang bersifat makro.
1. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti dengan perumusan secara operasional. Dengan perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan diukur indikator-indikatornya.
Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik.
Dengan perumusan yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang gambaran yang lebih menfokus mengenai arah pemecahannya. Namun demikian, walaupun harus dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu mengidentifikasi masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang masalah-masalah yang bersifat umum, agar peneliti tetap memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan makro. Baru sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan, pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik dikemukakan. Hal itu disarankan, oleh karena masalah-masalah penelitian yang dirumuskan terlalu spesifik dan sempit, dikhawatirkan peneliti akan kehilangan dari konteks wawasan yang bersifat makro.
1. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti dengan perumusan secara operasional. Dengan perumusan yang operasional terkandung maksud bahwa masalahnya menjadi mudah untuk diamati dan diukur indikator-indikatornya.
2. Masalah
penelitian harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan deklaratif atau dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Banyak ahli menyarankan agar supaya masalah
penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, karena dengan bentuk
pertanyaan, akan lebih memfokuskan pada jawaban atau pemecahan masalah yang
akan diperoleh.
3. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, pendek, dan padat dan mencerminkan inti masalah yang diajukan. Pertimbangan ini diajukan agar masalah penelitian yang dapat difahami dengan mudah oleh pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan penelitian yang akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk diinterpretasi secara beragam dan membingungkan.
4. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur penelitian.
3. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana, pendek, dan padat dan mencerminkan inti masalah yang diajukan. Pertimbangan ini diajukan agar masalah penelitian yang dapat difahami dengan mudah oleh pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan penelitian yang akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk diinterpretasi secara beragam dan membingungkan.
4. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat dinalar) dan diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak lain untuk menerimanya.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan tujuan yang akan mengarahkan pemilihan metode serta prosedur penelitian.
B. KLASIFIKASI MASALAH SOSIAL DAN SEBAB-SEBABNYA
Dalam setiap usaha manusia dalam memnuhi kebutuhan
hidupnya senantiasa tidak terlepas dari benturan-benturan antara nilai,
norma-norma social dengan keterbatasan kemampuan dan sumber-sumber kebutuhan
yang diperebutkan. Jika nilai-nilai atau unsure-unsur kebudayaan pada suatu
waktu mengalami perubahan, dimana anggota masyarakat merasa terganggu atau
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaanya tadi, maka timbul
gejala-gejala social yang meresahkan masyarakat yang disebut dengan masalah
social. Masalah-masalah social itu mungkin berupa kebutuhan-kebutuhan social
atau mungkin juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologis. Masalah kebutuhan
social dapat disebabkan oleh tidak seimbangan pergaulan dalam masyarakat,
sedangkan kebutuhan biologis disebabkan kebutuhan-kebutuhan biologis tersebut
sulit atau tidak bias lagi dipenuhi, seperti kebutuhan makan, minum dan
sebagainya.
Soekanto (1995) mengatakan bahwa masalah social adalah
ketidak sesuaian antara unsure-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan hidupnya kelompok social, atau menghambat terpenuhinya
keinginan-keinginan pokok para warga kelompok social, sehingga menyebabkan
rusaknya ikatan social.
Dalam keadaan masyarakat yang senantiasa berubah, banyak
sekali timbul masalah-masalah social, yang mengakibatkan pula
perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai kemasyarakatan lama yang dianggap
tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Jenis masalah social yang bervariasi,
tergantung aspek-aspek kehidupan mana yang menyebabkan anggota masyarakat
menjadi resah. Ada yang menganggap bahwa masalah social itu berupa keresahan
masyarakat yang disebabkan oleh gejala-gejala kejahatan, ada pula yang
mengatakan masalah social identik dengan kemiskinan, perceraian dan
bentuk-bentuk pelanggaran hokum lainnya.
Timbulnya masalah social pada umumnya banayk disebabkan
oleh factor-faktor tertentu, seperti kurang stabilnya perekonomian, factor
psikologis, factor biologis dan factor kebudayaan. Wujud nyata dalam kehidupan
masyarakat biasanya bermacam-macam seperti anomi, bunuh diri, disorganisasi,
sakit jiwa dan lain-lain.
Menurut Daldjoeni dalam Abulsyani (1994:187) bahwa,
masalah social dapat bertalian dengan masalah alami ataupun masalah pribadi,
maka secara menyeluruh ada beberapa sumber penyebab timbulnya masalah social,
yaitu antara lain:
1. Faktor alam
(ekologis-geografis), ini menyangkut gejala menipisnya sumber daya alam.
Penyebabnya dapat berupatindakan eksploitasi berlebihan atasnya oleh manusia
dengan teknologinya yang makin maju, sehingga kurang diperhatikan perlunya
pelestarian lingkungan. Dapat pula karena semakin banyaknya jumlah penduduk
yang secara otomatis cepat menipiskan persediaan sumber daya meskipun sudah
dilakukan penghematan.
2. Faktor biologis (dalam arti
kependudukan), ini menyangkut bertambahnya jumlah penduduk dengan pesat yang
dirasakan secara nasional, regional maupun local. Pemindahan manusia (mobilitas
fisik) yang dapat dihubungkan pula dengan implikasi medis dan kesehatan
masyarakat umum serta kualitas masalah pemukiman baik dipedesaan maupun
diperkotaan
3. Faktor budayawi, ini
menimbulkan berbagai keguncangan mental dan berlalian dengan beraneka penyakit
kejiwaan. Pendorongnya adalah perkembangan teknologi (komunikasi dan
transportasi) dan implikasinya dalam kehidupan ekonomi hokum, pendidikan,
keagamaan, serta pemakaian waktu senggang.
4. Faktor sosial, dalam arti
berbagai kebijaksanaan ekonomi dan politik yang dikendalikan untuk masyarakat.
1. Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Factor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk memperoleh lebih dari apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya ketidak adilan.
Pada masyarakat moderen yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema social karena sikap yang membenci kemiskinan tadi.
Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sehingga muncul tunakarya, tuna susila dan lainnya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya problema tersebut adalah karena salah satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.
2. Kejahatan
Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses social yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku social lainnya. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat denga bentuk-bentuk dan organisasi social dimana kejahatan tersebut terjadi.
Para sosiologi berusaha untuk menentukan proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat social psikologis. Beberapa orang ahli menekankan pada beberapa bentuk proses seperti imitasi, identifikasi, konsep diri pribadi dan kekecewaan yang agresif sebagai proses yang menyebabkan seseoran menjadi penjahat.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagian pokok dari pola-pola perilaku jahat tadi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat intim. Alat-alat komunikasi tertentu seperti buku, surat kabar, film, televise, radio, memberikan pengaruh tertentu yaitu dalam memberikan sugesti kepada orang perorangan untuk menerima atau menolak pola-pola perilaku jahat.
Untuk mengatasi maslah itu, kecuali tindakan preventif, dapat pula diadakan tindakan-tindakan represif antara lain dengan teknik rehabilitasi. Menurut Cressey ada dua factor konsepsi mengenai teknik rehabilitasi tersebut. Yang pertama menciptakan system dan program-program yang bertujuan untuk menghukum orang jahat tersebut. Sistem serta program-program tersebut bersifat reformatif, minsalnya hukuman bersyarat, diusahakan mencari pekerjaan bagi si terhukum dan diberi konsultasi psikologis. Minsalkan kepada narapidana di lembaga permasyarakatan diberikan pendidikan serta latihan untuk menguasai bidang tertentu, supaya kelak setelah masa hukuman selesai punya modal untuk mencari pekerjaan di masyarakat.
Suatu gejala lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah apa yang disebut sebagai white-collar crime, suatu gejalayang timbul pada abad modern ini. Banyak ahli beranggapan, bahwa tipe kejahatan ini merupakan ekses dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat. Karena itu pada mulanya gejala ini disebut business crime atau economic criminality. Memang white-collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau para pejabat didalam menjalankan peranan fungsinya. Keadaan keuangannya yang relative kuat mungkin mereka untuk melakukan perbuatan yang oleh hukum dan masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan. Golongan tersebut menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-sarana pengendaliannya dengan kuat. Sukar sekali untuk memidana mereka, sehingga dengan tepat dikatakan bahwa kekuatan penjahat white-collar terletak pada kelemahan korban-korbannya.
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
Factor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah gagal untuk memperoleh lebih dari apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan adanya ketidak adilan.
Pada masyarakat moderen yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema social karena sikap yang membenci kemiskinan tadi.
Persoalan menjadi lain bagi mereka yang turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan. Bagi mereka pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi kebutuhan primer sehingga muncul tunakarya, tuna susila dan lainnya. Secara sosiologis, sebab-sebab timbulnya problema tersebut adalah karena salah satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik, yaitu lembaga kemasyarakatan di bidang ekonomi.
2. Kejahatan
Sosiologi berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses social yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku social lainnya. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat denga bentuk-bentuk dan organisasi social dimana kejahatan tersebut terjadi.
Para sosiologi berusaha untuk menentukan proses-proses yang menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Analisis ini bersifat social psikologis. Beberapa orang ahli menekankan pada beberapa bentuk proses seperti imitasi, identifikasi, konsep diri pribadi dan kekecewaan yang agresif sebagai proses yang menyebabkan seseoran menjadi penjahat.
Selanjutnya dikatakan bahwa bagian pokok dari pola-pola perilaku jahat tadi dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat intim. Alat-alat komunikasi tertentu seperti buku, surat kabar, film, televise, radio, memberikan pengaruh tertentu yaitu dalam memberikan sugesti kepada orang perorangan untuk menerima atau menolak pola-pola perilaku jahat.
Untuk mengatasi maslah itu, kecuali tindakan preventif, dapat pula diadakan tindakan-tindakan represif antara lain dengan teknik rehabilitasi. Menurut Cressey ada dua factor konsepsi mengenai teknik rehabilitasi tersebut. Yang pertama menciptakan system dan program-program yang bertujuan untuk menghukum orang jahat tersebut. Sistem serta program-program tersebut bersifat reformatif, minsalnya hukuman bersyarat, diusahakan mencari pekerjaan bagi si terhukum dan diberi konsultasi psikologis. Minsalkan kepada narapidana di lembaga permasyarakatan diberikan pendidikan serta latihan untuk menguasai bidang tertentu, supaya kelak setelah masa hukuman selesai punya modal untuk mencari pekerjaan di masyarakat.
Suatu gejala lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah apa yang disebut sebagai white-collar crime, suatu gejalayang timbul pada abad modern ini. Banyak ahli beranggapan, bahwa tipe kejahatan ini merupakan ekses dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat. Karena itu pada mulanya gejala ini disebut business crime atau economic criminality. Memang white-collar crime merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha atau para pejabat didalam menjalankan peranan fungsinya. Keadaan keuangannya yang relative kuat mungkin mereka untuk melakukan perbuatan yang oleh hukum dan masyarakat umum dikualifikasikan sebagai kejahatan. Golongan tersebut menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana-sarana pengendaliannya dengan kuat. Sukar sekali untuk memidana mereka, sehingga dengan tepat dikatakan bahwa kekuatan penjahat white-collar terletak pada kelemahan korban-korbannya.
D.
PEMECAHAN MASALAH SOSIAL KEMISKINAN MELALUI PENDEKATAN INTERDISIPLINER
DAN MULTIDISIPLINER
Masalah sosial merupakan
suatu situasi dimasyarakat yang telah menjadi warisan yang turun temurun yang
memerlukan perbaikan atau pemecahan, yang timbul dari kondisi masyarakat atau
lingkungan sosial, dan yang menghendaki penerapan kekuatan sosial
untuk memperbaiki atau untuk mengatasinya.
Masalah
sosial timbul dari kondisi masyarakat atau lingkungan sosial yang meliputi
berbagai komponen yang berupa aspek sosial biologis, aspek sosial budaya, aspek
sosial ekonomi, aspek sosial politik, aspek sosial geografis,dsb. Segala aspek
tadi mengadakan asosiasi dan interelasi satu sama lain membentuk suatu sistem.
Karena
kehidupan sosial manusia sangat variabel maka metode pendekatan yang dapat
diterapkan dimasyarakat yang berkenaan dengan pendekatan masalahnya tidak satu
pendekatan saja. Didalam studi sosial ada dua pendekatan yang digunakan sebagai
pemecahan masalah yaitu pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
Persoalan
kemiskinan di indonesia merupakan fenomena global. Perlu dibahas tentang
macam-macam dan sebab-sebab munculnya kemiskinan yang secara tidak langsung
menjadi standar global itu.
1. kemiskinan kebudayaan;
biasanya disebabkan adanya kesalahan pada subyeknya.
Misalnya, malas, tidak percaya diri, gengsi, tidak memiliki jiwa wirausaha yang
kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian,dsb.
2. kemiskinan struktural;
ini biasanya terjadi disebabkan faktor eksternal yang melatar
belakangi kemisikinan itu sendiri. Faktor eksternal itu biasanya disebabkan
oleh kinerja pemerintahan diantaranya pemerintah yang tidak adil, korupsi,
paternalistik, birokrasi yang berbelit,dsb.
3. kemiskinan ekonomi;
biasanya disebabkan oleh faktor pekerjaan yang sangat
sulit untuk didapat. Kurangnya lapangan pekerjaan bagi kalangan bawah membuat
kehidupan ekonomi yang kurang layak untuk masyarakat miskin. Melambungnya
harga-harga kebutuhan yang tidak sesuai dengan penghasilan kalangan menengah ke
bawah. Dengan indikator ekonomi maka kemiskinan bisa dilihat dengan beberapa
pendekatan yaitu produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
4.
kemiskinan social;
bahwa kemiskinan diakibatkan karena terbatasnya
interaksi sosial dan penguasaan informasi dimana terjadi sebuah ketidaktahuan
mengenai teknologi informasi yang diakibatkan kurangnya atau sempitnya
interaksi antara masyarakat.
5.
kemiskinan psikologi;
terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan
rasa terisolir.
6.
kemiskinan politik;
berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai
fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil
keputusan.
7. kemiskinan pendidikan;
kurangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan sedangkan
Pendidikan secara luas merupakan dasar pembentukan kepribadian, kemajuan ilmu,
kemajuan teknologi dan kemajuan kehidupan sosial pada umumnya.
Kemiskinan yang terjadi merupakan masalah yang
harus ditanggung secara bersama, tidak hanya pemerintah yang melakukan
penanggulangan kemiskinan tetapi masyarakatpun harus ikut serta dalam pemecahan
masalah kemisikinan. Dengan melakukan terapi dari berbagai aspek diharapkan
bisa membantu kemiskinan yang ada
Pemecahan
melalui aspek ekonomi ; Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menyediakan
lingkungan yang mampu mendorong pengembangan umkm secara sistemik, mandiri dan
berkelanjutan. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap lapangan kerja
sehingga mengurangi masalah pengangguran. Karena pengangguran merupakan masalah
terbesar di Indonesia.
Pemecahan
aspek social ; digalakkannya pembangunan didaerah sehingga
ineraksi social bisa lebih meningkat dengan adanya pembangunan dan teknologi
yang mendukung.
Pemecahan
aspek struktural ; menghapuskan korupsi, sebab korupsi adalah salah satu
penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga
masyarakat tidak bisa menikmati hak nya.
Pemecahan
aspek psikolgi ; menanamkan rasa percaya diri dan mengembangkan
kreatifitas didalam lingkungan social, dan memberikan pelayanan social kepada
masyarakat.
Pemecahan
aspek pendidikan ; memberikan informasi-informasi bahwa pendidikan sangat
penting didalam kehidupan social, apalagi sudah diterapkannya wajib belajar
9tahun dengan bebas biaya.
Pemecahan
aspek teologi ; menggalakkan program zakat, didalam ajaran islam zakat
diperkenalkan sebagai media untuk menumbuhkan pemerataan kesejahteraan diantara
masyarakat dan mengurangi kesenjangan kaya dan miskin.
Pemecahan
aspek kebudayaan ; mengikuti berbagai pelatihan kursus sebagai
pengembangan diri agar mempunyai kemampuan dan keahlian.
Dari pendekatan berbagi
aspek yang saling berkaitan didalam pemecahan masalah sosial diharapkan bisa
membantu mengurangi masalah sosial kemiskinan di indonesia. Studi sosial
merupakan bidang studi yang bisa membantu didalam lingkungan sosial.